Translate

Novel 23:59 - Brian Khrisna
Novel 23:59 - Brian Khrisna

Novel 23:59 - Brian Khrisna

 
Info
Status ( on/off ) on
Price 95000
Unit Price Pcs
Discount ( % ) 0
Weight ( Gram ) 300
Image ( Cover )


Image ( Gallery )
Variant
Status ( on/off ) off
Label Varian
Name Price
Reguler
+ Paket 1 3.500
+Paket 2 3.500










Marketplace
Status ( on/off ) on
Link Marketplace :
SPESIFIKASI BUKU: 

Judul : 23:59
Penulis : Brian Khrisna 
Ukuran : 13,5 cm x 20 cm 
Tebal : 228 halaman 
ISBN : 978-602-05-3150-2
ID Produk : 57.25.1.0013
Harga : Rp95.000,-
Terbit : Juli 2025

Sinopsis:
Ami akhirnya bertunangan. Ia tersenyum di pelaminan, mengenakan kebaya putih, memamerkan cincin, dan dikelilingi teman-teman serta keluarga yang turut bahagia. Tapi, ada satu hal yang tidak hadir di hari besarnya: kebebasan dari masa lalunya.
Di antara deretan bunga ucapan dan tawa para tamu, Athif—sahabat lelaki dari masa lalu Ami—hanya bisa diam menyaksikan pertunangan itu seperti menghadiri pemakaman. Karena ia tahu: di balik senyum Ami, masih ada luka yang belum selesai, pertanyaan yang belum terjawab, dan hati yang belum utuh. Ia tahu semuanya, karena ia tahu siapa Raga sebenarnya.
Raga bukan sekadar mantan kekasih Ami. Ia adalah cinta pertama, cinta terdalam, dan luka paling tajam. Pria yang pergi tanpa penjelasan, memutuskan hubungan secara tiba-tiba ketika Ami masih mencintainya sepenuh hati. Semua orang membenci Raga—keluarga, teman, bahkan diri Ami sendiri. Namun, anehnya, di dalam hati Ami yang hancur, masih tersisa tanya: Kenapa ia pergi? Apa salahku?
Aransyah datang seperti cahaya. Ia menunggu dengan sabar, mencintai dengan tulus, bahkan ketika tahu dirinya hanya menjadi tempat perlindungan sementara dari badai masa lalu Ami. Ia memperbaiki puing-puing yang bukan ia hancurkan. Ia bertahan, bahkan ketika Ami belum sepenuhnya kembali dari kehancuran.
Di tengah semua itu, Athif berdiri di antara dua sisi: menjaga rahasia sahabatnya, atau membantu Ami mendapatkan ketenangan yang layak ia miliki. Karena ia tahu alasan mengapa Raga pergi, alasan yang tidak pernah diungkapkan, alasan yang mungkin bisa mengubah segalanya... atau justru menghancurkan ulang yang telah dibangun.
23:59 adalah sebuah kisah tentang luka yang tak sempat dijahit, cinta yang tak sempat selesai, dan keikhlasan yang dibayar mahal. Tentang perasaan yang tak bisa dibatalkan, dan tentang keputusan yang menunggu detik terakhir sebelum benar-benar dilepaskan.

Sinopsis detail dari penulis (tidak perlu dimasukkan ke dalam matrom):
Ami (karakter utama perempuan) akan tunangan hari ini. Di sepanjang bab, orang-orang sekitar Ami akan memberikan semangat dan meminta Ami untuk melupakan Raga (mantannya) yang meninggalkan Ami tanpa kejelasan apa-apa. 
Orang tua Ami sampai menyebarkan kabar bahwa Raga adalah jelmaan pagebluk, biang masalah, dan segala hal buruk ke tamu-tamu yang hadir. Juga mengatakan betapa beruntungnya Ami ditemukan oleh tunangannya yang sekarang. Tapi Ami masih ada rasa sayang sama Raga. Ami masih butuh closure dari Raga. Alasan dia dulu pergi ninggalin Ami. 
H-2 menjelang pernikahan, Ami tiba-tiba dilempar ke dunia lain di mana di dunia itu Ami adalah istri Raga dan mereka sudah menikah lebih dari 2 tahun. Di sana Ami histeris. Raga pun kaget kenapa istrinya jadi seperti ini. Lambat laun, mereka berdua menghabiskan waktu satu hari (23:59) di dunia itu sebagai suami istri.
Ami mendapatkan jawaban yang selama ini selalu Ami tunggu dari Raga. Dan juga Ami mendapat gambaran bagaimana bahagianya dia kalau menikah sama Raga. Kurang 1 menit sebelum 24 jam, Ami kembali ke dunia aslinya.
Ami tetap menikah dengan tunangannya kemarin. Dan Raga tidak hadir di pernikahan itu. (Seperti film AADC 2, mirip, tapi AADC dua kan endingnya si Cinta balikan sama Rangga. Nah ini enggak). Di akhir cerita, diberi tahu, gak semua yang baik akan berakhir bersama. Nggak semua yang sama-sama cinta bisa bertahan selamanya. Terima saja.

Blurb belakang cover:
"Jika tiba-tiba Tuhan memberimu kesempatan untuk menghabiskan satu hari bersama seseorang yang paling kamu sayangi, apa yang akan kamu lakukan dalam waktu sesingkat itu?"
Selepas ditinggalkan oleh Raga tanpa kejelasan apa pun, Ami harus menjalani hari seperti mayat hidup. Obat depresi, trauma, kantung mata, rambut rontok, hilang berat badan, dan ratusan butir obat tidur, adalah hal-hal yang harus dilaluinya setiap hari. Membuat Ami menjalani hidup dengan perasaan penuh tanda tanya yang terus membebani langkahnya. Dipaksa ikhlas atas perpisahan yang terjadi tanpa ia tau apa salahnya.
Namun, di tengah kekalutan itu, Tuhan justru mempertemukan Ami dan Raga di sebuah keadaan yang membuat Ami nyaris setengah gila. Padahal, esok lusa ia akan menikah dengan Aransyah, lelaki yang menyelamatkannya dari kehancuran setelah ditinggal Raga.
"Apa kurangku? Apa kamu tidak bahagia bersamaku? Apa yang salah di hubungan kita kemarin? Apa aku tidak pernah cukup untukmu?"
Hanya mendapatkan kesempatan selama 23 jam 59 menit, menjadi detak dan detik pertaruhan penting di hidup Ami. Apakah semua pertanyaan itu bisa terjawab atau ia harus ikhlas melanjutkan hidup dengan segala pertanyaan yang tak pernah tuntas?
It’s sad when the one who gave you the best memories becomes just a memory.
Kutipan untuk Materi Promosi:
“Kalau tiba-tiba Tuhan kasih kamu kesempatan di mana kamu bisa menghabiskan satu hari bersama seseorang yang sangat kamu sayangi, sebagai suami-istri, apa yang akan kamu lakukan di waktu sesingkat itu?” 
Kamu tidak bisa menyakiti hati seseorang, lalu dengan seenaknya datang kembali, meminta maaf, lantas berharap semuanya baik-baik saja. Tidak bisa. Enak saja. Perasaan manusia tidak semurah itu harganya. Tidak semua luka di dunia ini bisa diperbaiki hanya dengan kata maaf dan permohonan ampun yang teramat sangat. Terkadang, luka itu membekas dan tidak akan pernah bisa sembuh. Ia menjadi bopeng di hati yang cantik. Menjadi sebuah luka yang tak sembuh, tetapi tak sakit juga.
Semua orang yang pernah pergi meninggalkan tanpa kejelasan, seharusnya dihukum untuk tidak akan pernah merasakan bahagia lagi seumur hidupnya. Sebagai bayaran yang setimpal atas kebahagiaan yang telah mereka renggut dari orang lain.
Terkadang, semua memang tidak pernah masuk akal. Orang yang paling kamu cintai adalah orang yang paling mampu melukaimu juga. Dan sialnya, satu-satunya obat yang mampu menyembuhkan segala luka yang ditimbulkan oleh rasa sakit itu, hanyalah orang itu sendiri.
Salah satu hal paling sulit dalam hidup adalah tetap mencoba baik-baik saja di saat kau menyadari bahwa sebenarnya kau tidak. Kau hanya terus bersandiwara, berharap suatu saat kau lupa bahwa semuanya hanya berpura-pura.
Kadang, dalam hal melupakan orang, membenci jauh lebih ampuh daripada menunggu kata ikhlas yang entah kapan datangnya.
“Kita adalah dua orang bodoh yang berusaha melepaskan apa yang sebenarnya membuat kita bahagia.”
Tidak ada momen yang lebih menyenangkan ketimbang hidup dalam dunia di mana hanya ada kamu dan orang yang begitu kamu sayang. Kamu tidak lagi khawatir akan pendapat orang-orang, kamu tidak perlu khawatir mencintai secara sembunyi-sembunyi. Segala perjalanan dan langkah kaki lelah itu terbalas oleh sebuah pelukan hangat yang kapan pun kamu minta, itu akan selalu ada.
Meski baru sebentar mengenalnya, Athif pun menaruh hormat yang begitu luhung pada Aransyah. Sebab, apa yang dilakukan Raga kepada Ami adalah sesuatu yang jahat. Dan, selayaknya para penjahat, Raga seharusnya mendapat hukuman. Jika sekarang ia tengah merasakan penderitaan, ketidakbahagiaan, atau perasaan sesak lantaran Ami sudah bersama orang lain yang lebih mampu membahagiakannya, maka itu adalah harga yang pantas untuknya. 
Tidak ada yang lebih buruk dari sebuah perpisahan yang masih menyisakan tanda tanya. Raga mendadak pergi begitu saja tanpa penjelasan, tanpa kesempatan untuk memperbaiki, atau sekadar memberi penjelasan tentang apa yang salah. Kepergiannya membuat Ami yang saat itu begitu mencintainya seakan ditusuk jutaan ton jarum yang membuat seluruh rongga dan organnya mengerang kesakitan. Ami sudah berkali-kali meminta penjelasan, bahkan memohon dengan teramat sangat, namun Raga tetap bungkam dan memilih pergi. 
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa Ami adalah sosok yang kuat karena berhasil bangkit dari sakit hati setelah ditinggalkan Raga. Namun sesungguhnya, semua itu salah. Yang kuat adalah orang-orang yang selalu ada untuk Ami selama masa-masa kelam itu, salah satunya adalah Aransyah. Sebab, lelaki mana yang bisa begitu kuat melipat hatinya hingga sekecil mungkin demi memeluk seseorang yang masih menangisi lelaki lain, padahal di sampingnya sekarang sudah ada lelaki yang begitu mencintainya?

Selling Point:
1. Tema "Closure" yang Relatable dan Jarang Dibahas Secara Emosional dalam Fiksi Populer
Banyak orang tahu tentang patah hati, tapi sedikit yang bicara tentang luka karena tidak diberi penjelasan. 23:59 mengangkat isu unresolved closure secara menyayat hati dan sangat dekat dengan pengalaman emosional pembaca muda dewasa. Buku ini menggambarkan bagaimana luka bisa mengakar bukan karena perpisahan, melainkan karena kepergian tanpa alasan. Tema ini menjadi cerminan pengalaman banyak orang, menjadikan novel ini personal yet universal.
2. Karakter Perempuan yang Kompleks dan Nyata
Ami bukan tokoh perempuan "kuat" dalam standar klise. Ia rapuh, mencintai terlalu dalam, dan jatuh terlalu keras. Namun, justru karena itu pembaca bisa merasa dekat dengannya. Dia mencintai, marah, memaafkan, dan mencoba bangkit. Representasi Ami memberi ruang bagi pembaca—khususnya perempuan—untuk melihat luka sebagai bagian dari perjalanan yang valid, bukan kelemahan.
3. Dualitas Laki-laki dalam Cinta: Raga vs. Aransyah
Buku ini menampilkan dua tipe laki-laki yang menjadi kontras sempurna:
Raga — yang pergi tanpa penjelasan, tapi diam-diam menyimpan alasan dan berkorban dalam diam.
Aransyah — pria penyembuh, sabar, dan tidak pernah menyerah meski bukan pilihan pertama.
Konflik batin pembaca terbentuk: siapa sebenarnya yang pantas untuk Ami? Siapa yang lebih menyakitkan: yang meninggalkan, atau yang tinggal tapi tak dipilih? Inilah kekuatan emosional buku ini.
4. Narasi Puitis dan Sarat Emosi ala Brian Khrisna
Ciri khas penulis yang dikenal lewat gaya naratif puitis, kontemplatif, dan penuh metafora menjadikan 23:59 lebih dari sekadar kisah cinta. Ini adalah pengalaman membaca yang membekas. Kalimat-kalimat pendek tapi menampar perasaan menjadi quotable, mudah dikutip di media sosial, dan menjadikan buku ini cocok untuk generasi muda yang mencari ekspresi dari luka mereka sendiri.
5. Konflik Multilapis: Cinta, Sahabat, Keluarga, dan Tekanan Sosial
Buku ini bukan hanya kisah cinta. Ia juga mengangkat:
tekanan sosial dari orang tua yang ikut menciptakan trauma,
kehadiran sahabat yang menjadi saksi luka namun tak berdaya,
perjuangan mempertahankan waras di tengah broken trust dan perasaan tidak cukup.
6. Ending yang Menghargai Realitas Emosional, Bukan Fantasi
Alih-alih memaksakan akhir bahagia atau plot twist klise, 23:59 memilih akhir yang manusiawi. Ini membuat pembaca bisa berdamai, menerima bahwa tidak semua cinta harus kembali. Terkadang, cukup untuk dimengerti dan dilepaskan.
7. Cocok untuk Pasar Young Adult dan Dewasa Awal (18–35 tahun)
Target pembaca yang sedang berada dalam fase penuh pencarian jati diri, penyesuaian emosional, dan mengenal dunia relasi. Buku ini menjadi cermin dan teman yang bisa dimaknai secara personal dan reflektif.
8. Daya Sebar Sosial Media Tinggi
Dengan banyak kutipan menyentuh dan karakter yang emosinya relatable, 23:59 memiliki potensi viral—cocok untuk dipromosikan lewat TikTok, Instagram, dan Twitter. Banyak adegan yang bisa dijadikan konten narasi visual atau potongan dialog dramatis.

Tentang Penulis:
Penulis asal Bandung yang lahir di hari Jumat, tanggal 17 Januari. Perjalanannya dalam dunia tulis-menulis berawal lewat keinginannya berbagi cerita dan rasa melalui media Tumblr di tahun 2010, yang terus berkelanjutan hingga sekarang. Lewat akun media sosialnya, Brian Khrisna telah menghasilkan berbagai jenis tulisan; puisi, prosa, senandika, cerita pendek, dan cerita bersambung.
Selama karier menulisnya, Brian Khrisna telah menerbitkan beberapa judul buku, antara lain Kudasai, Parable, This is Why I Need You, Matcbreaker, 23:59, Sisi Tergelap Surga, Bandung Menjelang Pagi, dan Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati. Brian Khrisna bisa disapa melalui beberapa akun media sosialnya:
Instagram: @brian.khrisna
Twitter: @briankhrisna


Novel 23:59 - Brian Khrisna

Novel 23:59 - Brian Khrisna

Ami akhirnya bertunangan. Ia tersenyum di pelaminan, mengenakan kebaya putih, memamerkan cincin, dan dikelilingi teman-teman serta keluarga yang turut
Pesan via WhatsApp! - Proses Pemesanan Mudah ( via WhatsApp ) Instan checkout, tanpa registrasi / login.

Pesan via WhatsApp!

Proses Pemesanan Mudah ( via WhatsApp ) Instan checkout, tanpa registrasi / login.

Pengiriman Fleksibel - Kami menyediakan Layanan Pesan - Ambil ( Pickup ) & Pesan - Antar ( Delivery )

Pengiriman Fleksibel

Kami menyediakan Layanan Pesan - Ambil ( Pickup ) & Pesan - Antar ( Delivery )

Metode Pembayaran Lengkap - Bayar via Bank Transfer, E-Wallet atau PayPal? Bisa banget!

Metode Pembayaran Lengkap

Bayar via Bank Transfer, E-Wallet atau PayPal? Bisa banget!

Tukubooks Group

Tukubooks Group adalah perusahaan perorangan yang telah beroperasi sejak Desember 2020. Kami bergerak di bidang penjualan buku original, dengan fokus utama yaitu untuk menyediakan beragam bacaan berkualitas bagi para pembaca muda di seluruh Indonesia dan mancanegara. Sebagai mitra resmi dari berbagai penerbit ternama di Indonesia, kami berkomitmen untuk selalu menghadirkan buku-buku berkualitas.

Hubungi Kami

Jl. Kaliurang km 4,5 Gang Sumiir No.1 DI Yogyakarta 55281
Phone / WhatsApp. +62 818-8280-2368
E-mail: halo@tukubooksstore.id

International Shipping

Malaysia - Singapore - Thailand - Philippines - Vietnam - Brunei - Timo Leste - South Korea - China - Japan - Taiwan - Hong Kong - Arab Emirates - Turkey - India - USA - Yunani - Italy - Poland - Portugal, and many other countries

Novel 23:59 - Brian Khrisna https://www.tukubooksstore.id/2025/07/novel-2359-brian-khrisna.html
( 0 ) 0